Jumat, 06 Januari 2012

Dari Mobil Kiat Esemka Menuju #jokowiforpresident

RUPANYA kerinduan kita pada pejabat tinggi yang inspiratif sudah begitu kronis. Sedikit saja aksi inspiratif seperti dilakukan Walikota Solo Jokowi (sapaan akrab untuk Joko Widodo) dan Menteri BUMN Dahlan Iskan, kita segera terpesona dan berbunga-bunga.

Dari sekian banyak walikota di Indonesia, nama Jokowi pastilah yang paling populer saat ini--bukan terkenal karena korupsi, lho. Pemberitaan seputar walikota Solo ini hampir selalu positif dan simpatik. Citra sebagai pejabat yang merakyat dan bersih seolah sudah melekat pada sosoknya.

Begitu sukanya kita pada Jokowi, siapa saja yang berkomentar nyinyir padanya siap-siap saja di-bully habis-habisan di Twitter. Rasanya saat ini tak banyak pejabat tinggi yang mendapat tempat begitu hangat di benak publik.

Foto Jokowi memasang plat nomer AD 1 A di mobil Kiat Esemka setelah sebelumnya memutuskan mengandangkan mobil dinas lamanya yang produk impor dan pasti lebih nyaman, berbuah tepuk tangan gemuruh di dunia maya maupun dunia nyata.

Tindakan Jokowi dimaknai publik sebagai bentuk dukungan riil pada upaya anak-anak Indonesia. Tak seperti mobil yang diklaim sebagai mobil nasional sebelumnya, Kiat Esemka juga mendapat sambutan meriah. Rakyat indonesia yang rata-rata sudah cerdas tahu tak ada kepentingan bisnis konglomerat atau kelompok tertentu di sini. Tak ada akal-akalan. Tanpa ragu dukungan tulus pun diberikan dengan segenap suka cita.

Sekarang jadi tak penting benar apakah mobil Kiat Esemka sudah lolos uji kelayakan, dan tidak ambrol di jalan atau nabrak kebo seperti kata Gubernur Jawa Tengah. Bukan itu yang diharapkan publik. Bukankah sekarang justru menjadi tugas negara dan para pejabat untuk mendukung mobil karya anak-anak es-em-ka ini, sehingga layak dipakai dan kompetitif di pasar yang sudah disesaki hampir semua merek mobil impor?

Setelah sambutan meriah diberikan pada Jokowi, seperti yang selalu terjadi, aksi latah pun menjalar dengan cepat. Politisi, pejabat, selebriti, kabarnya ramai-ramai memesan mobil itu.

Tak apa, toh aksi latah yang baik. Dengan semua dukungan itu, bukan dipolitisi untuk kepentingan politik sesaat, produksi mobil Kiat Esemka mestinya akan berkembang menjadi lebih baik. Kalau bukan kita, lalu siapa yang mendukung produksi dalam negeri? Kalau bukan mereka yang sudah kita beri amanah untuk menjadi walikota, gubernur, presiden, lalu siapa yang kita harapkan memberi dukungan pada karya anak-anak indonesia?

Belajar dari aksi inspiratif Jokowi, ternyata menjadi pejabat tinggi yang dicintai rakyat itu tidak sulit. Tak perlu repot-repot memasang baliho di mana-mana yang pasti menghabiskan banyak biaya. Membayar konsultan politik, membuat segala macam survei, pasang iklan di TV, semua itu sangat mahal. Mengerahkan massa untuk berdemo juga tidak murah.

Cukup tiru yang dilakukan Jokowi, tunjukkan kecintaan tulus pada rakyat, dan tentu saja disertai tindakan nyata, konkret, bukan cuma pidato-pidato kosong tanpa substansi. Kecintaan yang tulus pada apapun atau siapa pun, apalagi pada rakyat Indonesia, tidak mungkin tidak berbuah.

Jangan abaikan fakta ini: di era media social seperti sekarang, semua orang bisa jadi pengamat, kritikus, vote getter, penggerak massa, bahkan provokator, hal-hal yang dulu jadi monopoli para tokoh atau publik figure. Siapa pun bisa dengan gampang bisa nge-tweet hastag #jokowiforpresident, yang kemudian di-retweet banyak orang.

Tanpa perlu kampanye, tanpa perlu lobi-lobi ke sana ke mari mencari dukungan partai atau ormas, sudah banyak orang yang dengan senang hati memberi dukungan nyata, dan ini akan menjadi tabungan politik yang tidak main-main bagi Jokowi.

Terus menganggap rakyat bodoh dengan melakukan aksi akal-akalan demi pencitraan, sudah bukan zamannya lagi, Bos. Ayo kita dukung Jokowi, eh salah, mobil Kiat Esemka maksudnya.

Sumber: tabloidbintang



Baca Juga:

0 komentar:

Posting Komentar